Kamis, 22 Desember 2011

JO TWINS IN MEMORIES


JO TWINS IN MEMORIES

Main cast : Kwangmin & Youngmin
Genre : romantic
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
@Rumah Sakit, 17 September 2011 pukul 08. 30 KST

[Author POV]
Masih teringat perkataan seorang doker tadi pagi kepada amma ku yang tidak sengaja ku dengar. Dokter bilang aku tidak boleh sekolah lagi. Karena semakin hari jantung ku semakin sakit. Aku syok mendengarnya.. “apakah suatu hari nanti jantungku akan benar-benar berhenti?” pikirku…
Ini adalah yang ke-45 kalinya aku menjalani chek up. “Semua ini hanya membuang waktu dan uang“ pikirku konyol , toh suatu hari nanti aku juga akan mati. Seberapa sering pun aku kemari semua itu tidak ada gunanya, tetap saja tidak ada yang bisa menolongku..
[POV End]

***

Pagi ini seperti biasa aku menjalani rutinitas ku sebagai seorang pasien sebuah rumah sakit. Chek up. Ya, berkelut dengan alat-alat yang entah aku tak tau apa itu namanya.
Duduk seorang diri di ruang tunggu sementara amma konsultasi dengan dokter yang terbiasa menangani kasus penyakitku. Aku melihat suster-suster muda yang sedang duduk manis di meja resepsionis. Pikiranku melayang. “Benarkah malaikat pencabut nyawa selalu identik dengan evil. Berwajah seram dan berpakaian serba hitam? Mungkinkah? Tapi kurasa suster-suster itu berwajah cantik dan berpakaian serba putih” pikir ku. Bagi ku mereka tak lebih dari pada malaikat pencabut nyawa.

“hyung…” aku terbangun dari lamunanku. Seorang namja seumuran dengan ku berjalan menghampiri. Ku lihat dia baru pulang dari sekolah, seragamnya masih belum berganti.
“gwenchana?”Tanya nya lagi. Aku masih diam tak menggubris ucapannya “ini buku mu. Semua pelajaran sudah kucatat semua” ucapnya sopan dengan senyum khasnya.
“huh, senyuman evil. Hebat sekali dia bersandiwara dihadapan ku. Tak tau kah dia klo semua itu bullshit!” pikir ku dalam hati. Senyumannya membuat ku ingin muntah. Aku masih tak menghiraukan ucapannya
“ach, youngmin sudah pulang” amma keluar dari ruangan dokter dengan senyumannya yang cemerlang dan langsung mencium pipi youngmin , taklupa membelai rambutnya.
“cuih… drama kuno, dasar penjilat”kutuk ku dalam hati

Aku masih duduk di kursi. Menonton kisah drama amma dan anaknya. Kisah drama yang tidak akan pernah aku miliki. Aku tau sebenarnya amma sudah jenuh mengurus ku. Penyakit yang tak kurun sembuh. Aku tak bisa mengeja nama penyaki yang ku derita saat ini, yang jelas aku mengalami kelainan jantung sejak kecil.

Penyakit itu semakin parah ketika aku masuk SMA. Kegiatan ekskul music membuat staminaku drop. Dan tadi pagi dokter malahan sudah menyarankan aku untuk berhenti sekolah. Meninggalkan satu-satunya hal yang paling ku sukai. Menyanyi. Apakah ini adil bagi ku?

Hatiku bergetar kuat. Ingin rasanya aku segera mengakhiri kehidupan ini. Aku tak habis pikir, sebenarnya apa yang membuat amma sebegitu sayangnya dengan si brengsek itu, youngmin.  Saudara kembarku sekaligus rival ku dalam memperebutkan kasih sayang amma. Semakin hari aku pun sadar mengapa amma lebih memilih youngmin ketimbang aku. Mungkin karena aku sakit, hanya itu yang ku tau.

Dia kembali menyodorkan buku itu kehadapan ku. Kalau saja amma tidak ada ingin sekali ku lempar buku itu kewajahnya “aku tidak butuh”tampik ku membuat buku itu jatuh dari tangannya. Secepatnya aku pergi meninggalkan mereka berdua menuju mobil. Aku tak habis pikir sampai kapan ia akan berbuat baik seperti itu kepada ku. Padahal sudah sangat jelas kalau semua itu hanya niat busuknya untuk mendapatkan kasih sayang amma.

Namun tentu saja, si brengsek itu tidak selesai sampai di situ. Sudah ku duga, dia mengejarku hingga sampai di mobil “hyung, waeyo?gwenchana? “ Tanya nya dengan nada khawatir
“Stop! Berhenti mengajak ku bicara. Sikap mu membuat aku ingin muntah” jawab ku dengan kasar. Aku masuk kedalam mobil, sengaja kututup pintu mobil dengan agak keras supaya dia tau kalau aku sebegitu bencinya dengan dirinya. Dapat kulihat wajahnya menjadi pucat atas sikap ku padanya barusan. Dia mengikuti ku masuk kedalam mobil. Tapi kali ini dia mengikuti perkataanku. Disodorkannya buku catatan tadi di samping tempat duduk ku tanpa suara. Aku tak perduli. Sambil menatap keluar jendela kaca mobil tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Sesampainya dirumah aku langsung bergegas menuju kamarku. Tak kuherankan suara youngmin yang sejak tadi memanggil ku.
“hyung… hyung… kau lupa membawa buku mu”ucap nya sambil berlari mengejarku

Aku sengaja tak menghiraukannya. Memandang wajahnya hanya akan membuat ku naik darah. Ku banting pintu kamarku dengan keras, membuat barang-barang yang ada di atas meja ku bergetar. Ku kunci pintu rapat-rapat.
“hyung, jeballl…aku sudah susah payah mencatatkannya untuk mu hyung” pintanya
“bisa tidak kau pergi?! Bentak ku dari dalam kamar
“ hyung, kenapa kau jadi begini? Suaranya bergetar “kenapa kau selalu marah-marah padaku padahal aku tak tau telah berbuat apa padamu , hyungggg…” rengeknya

Ku tahan amarah ku yang sudah memuncak. Jika tidak mengingat kalau dia adalah saudara kembar ku mungkin tinju ku ini sudah mendarat di pipi mulusnya sejak tadi.
Aku membuka kunci kamar ku. Ku tatap dia sejenak. Dapat kulihat butiran air matanya hampir keluar.

Melihatnya membuat hati ku yang tadinya bergetar hebat perlahan tiba-tiba melunak. Aku benci jika melihatnya menangis. Aku benci perasaan ini. Saharusnya aku tak perlu kasihan melihatnya. Seharusnya aku membencinya.

“Dokter bilang aku tidak perlu sekolah lagi” jawab ku dingin

Dia terdiam. Aku tak tau apa yang sedang dipikirkannya. Yang jelas tiba-tiba air matanya banjir juga “kau seorang namja, untuk apa kau menangis untuk hal yang sepele seperti ini” Tanya ku sinis. Dia masih terdiam dengan air mata yang masih mengalir. Melihat keadaan ini membuat ku teringat memori 2 tahun yang lalu, saat dimana penyakit ku kambuh dan aku tidak sadarkan diri selama 3 hari. Dimana untuk pertama kalinya dokter menvonis bahwa umurku tidak akan lama lagi. Di saat itu youngmin lah yang menangis tersedu-sedu, bukannya aku.

[Flassback POV]
“hyung…. hyung… “ucap nya sambil menangis
“pabu, kau seperti seorang yeoja”ejek ku sembari terkekeh ketawa “untuk apa kau menangis?seharusnya kau senang mengetahui kalau umur ku tidak lama lagi” aku duduk bersandar di ranjang “kalau aku gak ada, bukannya semua akan menjadi milik mu? Amma, appa, kamar ku, dan semua barang-barang ku”
“yang pabu itu kamu…!” jawabnya tersengkal-sengkal karna air matanya yang masih terus mengalir. Ku lihat dia dengan sedikit terkejut. “Sejak kapan dia mulai membantah perkataan ku” pikirku dalam hati “kau kira aku senang melihat kau terbaring di sini?” jawabnya lagi “kau sudah tidak sekolah selama 3 hari, apakah kau tidak memikirkannya, bagaimana dengan nilai-nilai mu nantinya?!”

“Terus kenapa! Aku tak butuh sekolah!!!jawab ku dengan nada tinggi “lagian tidak ada yang mau berteman dengan ku. Di kelas music mereka hanya menganggap ku seorang namja yang memiliki hati yang dingin dan jiwa yang evil. Mereka sering menyebut ku dictator yang selalu mengintimidasimu, kembaran ku!” aku menekankan pada kata terakhir. “geure, intimidasi! Sejak kapan aku menyiksamu, kau yang selalu mengikutiku. Kau yang selalu membuat ku naik darah. Kau ibarat sebuah parasit yang selalu menjadi pengganggu di dalam hidup ku. Ara!!!” aku mengeluarkan semua uneg-uneg yang sudah lama ku pendam selama ini. Semua perkataanku bagaikan sebuah tamparan besar pada batin youngmin. Dia hanya diam mendengarkan.

“kau tidak tau apapun tentang parasaan ku. Kau sehat. Kau memiliki segalanya. Amma, appa, teman-teman. Sedangkan aku! Aka dilahirkan hanya untuk mengetahui kapan aku akan mati” cerca ku bertubi-tubi padanya. Aku membuat seakan-akan semua ini adalah salah nya. Salahnya kenapa ia terlahir sehat, salahnya kenapa amma lebih menyayanginya ketimbang diriku, dan salahnya kenapa ia menjadi adik kembar ku.

Dapat kulihat kini badannya bergetar menahan tangis. Wajahnya tertunduk. Aku menarik selimutku hingga atas kepala. Aku tak mau melihatnya dalam kondisi seperti itu. Melihatnya membuat ku jijik. Menurut ku ia dan air matanya hanyalah seperangkat barang palsu. Dia tidak pernah menganggap ku sebagai saudara. Dia hanya pura-pura baik. Geurae…semua yang ia lakukan padaku selama ini hanyalah pura-pura.
[flassback POV end]

***
@Sekolah 06.00 KST

Pagi ini aku memohon kepada amma untuk pergi kesekolah. Untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar berhenti sekolah.

Bell berbunyi dengan nyaring. Tanda jam pertama sudah hampir dimulai. Disaat semua murid-murid berlarian menuju kelas, aku dengan santainya berjalan ditengah lapangan yang dalam sekejap sudah sepi senyap.

Hanya aku seorang diri yang tertinggal. Cukup menyedihkan memang. Aku merasa benar-benar seperti namja yang paling malang di dunia ini. Seorang diri, tanpa teman. 

Satu-satunya yang membuat ku nyaman di sekolah ini adalah atap gedungnya. Satu-satu nya tempat yang menjadi favorit ku. Di sana sangat tenang. Tak banyak siswa yang suka naik keatap gedung. Makanya kali inipun untuk yang terakhir kalinya aku ingin melangkah kesana. Untuk mengucapkan selamat tinggal untuk sesuatu yang nantinya akan kurindukan. Tiba di lantai tiga atap gedung sekolah ku.  Perlahan kubuka pintu yang tak terkunci itu. Suasana yang nyaman dengan sangat mudah dapat kurasakan. Ya, tempat ini bagaikan surga untuk ku.

Aku berdiri dengan merentangkan kedua tangan ku dan memejamkan kedua mataku. Dapat kurasakan angin sepoi-sepoi menghempas di wajahku. Membuat ku terlena. Ingin rasanya aku terbang. Apakah angin ini sedang berbicara padaku? Namun aku tak tau apa yang sedang mereka katakan…ah, sudah lah.. anggap saja mereka sedang menyampaikan salam perpisahan padaku “Kwangmin… benarkah kau akan berhenti sekolah?” “yee..”jawabku “karena jantung ku yang makin hari makin sakit.. kalian, apakah nanti akan merindukan ku?”
geurae…karena kau adalah teman terbaik kami…”

Aku tertawa sendiri dengan khayalan ku. Konyol memang. Berteman dengan angin? Yah itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. “kalau begitu jika aku sudah mati nanti apakah aku bisa menjadi angin saja?”tanyaku lagi. tapi tak ada hembusan angin lagi yang menerpaku. Yang terdengar hanya suara sirine ambulan dari lantai bawah. Aku membuka mata ku. Ku dongakkan kepalaku kebawah pada pagar atap gedung. Terlihat siswa-siswi berhamburan dibawah. “Sesuatu pasti telah terjadi”pikir ku. Belum habis ku berpikir tiba-tiba seorang yeoja berlari dengan tergesa-gesa menghampiriku

“kwangmin… anu… anu…”ucapnya ngos-ngosan. “adik mu…, youngmin”sambungnya
“adikmu kecelakaan…”. Aku terkejut mendengarnya. “Youngmin. Berarti yang diangkut dengan ambulan tadi youngmin”pikir ku sejenak
“mwo!!!” jawabku tak percaya. “yee, dia jatuh dari tangga lantai 2”ucap yeoja itu

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berlari untuk seseorang yang sangat kubenci seumur hidupku. Untuk adik kembarku yang selama ini telah merampas semua kebahagiaan ku. Ya..aku berlari untuk youngmin. Tak perduli dadaku yang sudah mulai merasa sesak, aku tetap terus berlari. Hanya satu yang ada dipikiran ku saat ini, semoga tidak terjadi apapun terhadapnya.

Tiba dirumah sakit dimana sebelumnya tempat aku dirawat dan menjalani chek up. Bergegas aku mencari dimana ia ditempatkan. Kulihat di depan ruang UGD ada amma dan appa berdiri dengan cemas. Amma menangis, Air matanya mengalir deras. “amma…amma” panggil ku

Amma menoleh. Matanya merah. Sungguh aku tidak tahan melihat amma yang seperti ini. Amma langsung memelukku. Bisa kudengar suaranya yang sesegukkan karena menangis. Aku masih belum mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi? Perlahan aku menoleh pada sebuah pintu bangsal yang terbuka lebar. Di sana, ditempat tidur terbaring sosok namja yang penuh dengan darah. Tubuhnya dipasang beberapa selang dan tabung oksigen. Youngmin.

“hyung…”ucapnya pada ku. Aku menghampirinya. Kulihat darah segar mengalir dikepala dan telinganya. Aku hanya bisa mematung disisinya. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Kenapa jadi dia yang terbaring disana, bukannya aku. Air mataku mengalir deras. Entah mulai kapan aku mulai menangis.

Aku tidak mau menatap wajahnya yang seperti ini. Kembalikan! Kembalikan wajahnya yang dulu. Wajah yang selalu tersenyum manis kepadaku meskipun sering kali aku mencacimakinya. Kembalikan!!! Teriak ku.

Namun angel seolah berkata kepada ku “bukannya kau jijik melihat wajahnya?”aku menangis sejadi-jadinya. Dadaku sesak tapi masih bisa kutahan. Kuhampiri tubuhnya
“kenapa…kenapa ini bisa terjadi?’isak ku dengan tangis

Youngmin tersenyum. Senyuman itu lagi. Senyuman yang selalu membuat kujijik jika melihatnya. Tapi hari ini entah kenapa, senyuman itu malah membuat ku menangis. Appa menghampiri ku. “dia ingin menjemputmu di atap gedung. Karena pelajaran akan segera di mulai.”appa ikut bicara “tapi entah kenapa dia tiba-tiba terjatuh di tangga lantai dua gedung sekolahmu. Kepalanya terbentur keras. Dokter bilang kepalanya mengalami pendarahan yang hebat”

Aku terdiam. “Jadi semua ini salah ku. Karena ingin menjemputku, ia mengalami kecelakaan ini. Semua ini salah ku” kutuk ku dalam hati
“wae…!!!kenapa kau perduli padaku!waeeee….!!!teriak ku padanya. Dia tersenyum. “karena aku menyayangimu hyung……”jawabnya singkat

Mendengarnya membuat darahku berdesir. Aku tak sanggup lagi bicara. Hanya itu yang dapat kulakukan saat ini. Aku memang membenci youngmin. Aku membencinya karena ia sehat. Tapi  melihat ia terbaring disini dengan berlimangan darah aku jadi tidak tahu, apa yang harus kulakukan sekarang. Apakah aku masih bisa membencinya? Aku tidak sanggup membayangkan apa yang telah kulakukan selama ini pada youngmin. “maafkan aku… youngmin…maaf kan aku”raung ku
“hyung…ironna…jangan menangis, gwenchana”ucapnya tenang kepadaku. Aku tak bisa berkata apa-apa.

Air mataku tak henti-hentinya mengalir. “hyung…apakah kau menyayangiku???”tanyanya
Belum sempat ku menjawabnya matanya perlahan-lahan mulai menutup. “youngmin…. Bangun… yongmin!!!” teriak ku nyaring. Entah sekeras apa suaraku aku tak perduli. Aku hanya ingin youngmin kembali. Aku menangis sejadi-jadinya. Dadaku semakin sesak. Aku kesulitan bernapas. Dadaku sakit…sakit sekali. Aku terjatuh dan tak sadarkan diri

***
Pemakaman youngmin, 20 September 2011 pukul 12.30 KST

Aku duduk dikursi roda, setelah kemaren menjalani operasi transplantasi jantung. Ya, youngmin mendonorkan jantungnya untuk ku. Perlahan kubuka surat terakhir darinya.

Hyung… apakah kau bahagia sekarang? Akhirnya keinginan mu untuk hidup sehat terkabul juga.. hehe ^^  hyung, aku tau kau sangat membenci diriku. Kau pastinya menginginkan aku menghilang saja bukan?

Jiwaku seakan tertusuk beribu-ribu pisau yang sangat tajam. Mengingat semua yang kulakukan selama ini pada youngmin, itu benar. Aku sangat amat membencinya. Aku kembali membaca tulisan dikertas itu dengan berlinangan air mata..

Itu tidak apa-apa. Tidak apa-apa kalau kau sangat membenciku hyung. Tapi jangan pernah kau berpikir untuk membenci amma. Mama sebenarnya sayang denganmu hyung. Melebihi sayangnya untuk ku. Tak taukah kau bahwa selama ini ia bersusah payah mencari orang yang rela mendonorkan jantungnya untuk mu? Jika jantungnya cocok mungkin dari dulu dia adalah orang pertama yang akan memberikan jantungnya untuk mu.
Hyung, hanya satu pesanku. Jaga amma baik-baik. Sebab aku tak bisa lagi menjaganya seperti sebelumnya. Saranghae hyung…
Youngmin.

Aku menutup kedua mataku. Aku terisak. Menangis. Air mataku mengalir deras. “Aku akan menepati janjiku padamu mu youngmin. Selamanya aku akan menjaga amma… itu janjiku”.

-End-

4 komentar:

  1. sumpah aku nangis baca ending nya..
    author daebbak.. :D
    buat yang banyak lagi tentang jo twins ne ?

    BalasHapus
  2. Uaaa daebak. Jjinja daebak. ni seriusan, aku nangis pas ngebacanya... wkwkwk ni feel-nya dapet banget. keren nih authornya:'D

    BalasHapus
  3. Wah So Sad .. Rasanya pengin nabgis tapi nggak bisa Gtu..

    BalasHapus
  4. Mewekk mewek aku mewek bacanya 😭😭😭 ini keren thor!!!

    BalasHapus